SEBUAH CERITA....


DILEMA

Sore ini aku belum beranjak dari kamarku, masih terpekur menghayati cerita novel ditanganku, namun lamunanku membawaku ke dalam cerita yang berbeda, ini tentang aku. Sekian lama aku mencoba membuka diri dengan sosok makhluk bernama laki-laki, yang dulu sangat kuhindari karena fobiaku yang cukup aneh ini, kini kembali diri ini ingin menjauh. Enggar, sosok itulah yang membuatku begini. Ketika masih di bangku SMU, sejak tahun pertama dia cukup dekat denganku, selain kami selalu satu kelas setiap terjadi rolling class, ternyata dia masih terbilang saudara jauhku, hal itu kuketahui saat pamanku mengadakan akikah atas kelahiran anaknya yang kedua, dan dia adalah anak dari kakak bibiku. Uh aku benar-benar tak menyangka, hupfff… dan mulai saat itu dialah satu-satunya teman laki-laki yang dekat denganku, setiap bersamanya aku merasa telah mendapatkan seorang kakak yang dulu amat kurindukan. Yah takdir yang menjadikan aku terlahir sebagai anak semata wayang membuatku selalu kesepian dan terlebih aku yang pendiam dan kuper ini semakin membuatku tak banyak memiliki teman.

Tak terasa juga persahabatan kami bertahan sampai kami lulus hingga tahun pertama kuliah kami. Dan saat itulah kusadari ada yang berubah dengan Enggar, tepatnya setelah ia pacaran dengan rekan satu band-nya. Aku merasa ia semakin jauh, aku merasa kehilangan, tapi aku sadar aku tak boleh egois lagi pula dia bukan seorang milikku, dan aku tak memedulikannya lagi. Sampai suatu hari, saat aku sedang menikmati segelas es doger favoritku di kantin kampus, seorang perempuan cantik menghampiriku, yang kini kutahu ia bernama Santi, dengan wajah yang tak bersahabat dia menginterogasiku tentang hubunganku dengan Enggar. Aku merasa heran mengapa ia memarahiku seperti itu, padahal sejak Enggar punya pacar aku jarang bertemu dia, Ternyata Santi merasa dipermainkan oleh Enggar, ia merasa Enggar tidak benar-benar mencintainya, pernah suatu kali tidak sengaja dia membaca buku harian Enggar, dan yang tertulis didalamnya hanya tentang aku… dan itu membuat Santi tidak terima, sampai akhirnya dia menemuiku saat itu, dan kukatakan saja bahwa aku tidak memiliki hubungan istimewa dengan Enggar karena aku hanya menganggapnya kakak. Tapi sepertinya penjelasanku sia-sia saja, tak digubris olehnya dan tak banyak yang bisa ku perbuat.. hanya diam dan mendengar semua caci makinya…

Beberapa hari setelah kejadian itu, Enggar tiba-tiba muncul di rumahku, tanpa merasa bersalah dia mengajakku untuk menemaninya mencari kado untuk pacarnya itu. Ingin sekali ku menolak tapi karena desakan mama terpaksa aku menemaninya. Tak banyak bicara aku selama menemaninya. Ku biarkan saja dulu, biar dia sadar bahwa dia punya salah sama aku. Tapi kutunggu-tunggu,  malah dia-nya tetap asik sendiri memilih-milih barang… hupfff…”ya ampun orang ini gak peka banget sih, kalau aku udah capek disini, atau dia memang gak tahu ada  masalah yang harus dia jelaskan  padaku… hupff..” batinku.
Akhirnya selesai juga dia memilih barang, lega juga aku akhirnya…
“Lin, aku laper ni, kamu iya gak??” tanya Enggar.
“hupfff… ku gak laper, Cuma capek aja…” jawabku ketus.
“oke, kalo gitu kamu temenin aku makan ya, sambil kamu  istirahat juga, trus karena kamu gak laper, ku traktir  es krim kesukaan kamu ja ya..” ajaknya.
“eah terserah kamu lah, yang penting capekku bisa hilang…” ketus ku.
“oke.. come on” katanya sambil menarik tanganku.
Setelah duduk sambil menunggu pesanan…
“Lin, kamu gak suka ya nemenin aku hari ini??” tanya Enggar.
Lagi ngrasa nih orang , batinku. Tapi sengaja ku tak menjawab tanyanya.
“Lina,,.. kok diem sih?? Kamu kepaksa ya nemenin aku, karena mama kamu yang nyuruh tadi.” Tanya Enggar lagi. Kubertahan untuk diam saja.
Kurasa Enggar mulai kesal dengan sikapku.
“Please Lin, jangan diem aja dong… apa aku punya salah ya sama kamu sampe kamu diemin aku gini. Tapi aku gak ngrasa aku punya salah sama kamu, kamu bilang dong apa salahku…”, protesnya memohon. Masih ku biarkan, tapi melihatnya menatapku dengan tatapan kesal seperti itu, malah aku sendiri yang merasa bersalah sekarang. Kurasa dia memang gak tahu kalau Santi pernah menemuiku dan marah-marah padaku. Yah, mungkin aku yang harus ngomong..
“Beberapa hari yang lalu, cewek kamu nyariin aku dan marah-marah gak jelas sama aku, dan bawa-bawa aku ke dalam urusan hubungan kalian, aku kesal dan juga marah,.. aku gak tahu apa-apa, Nggar.” Ucapku akhirnya.
“hah, Santi datengin kamu dan marah-marah… ngomong apa aja dia??”tanya Enggar.
“Bukannya kamu uda tahu apa masalahnya, harusnya kamu yang jelasin ke aku, kenapa dia marah-marahnya sama aku.. apa aku pernah buat salah padanya, aku kenal sama dia aja, kamu yang kenalin ….!!” Ujarku makin kesal.
“tapi aku beneran gak tahu apa masalahnya sampe dia harus marah ke kamu…
Jawabnya terhenti sejenak, saat  pramusaji datang membawa pesanan kami…
“beberapa hari ini sikapnya padaku memang agak berbeda, tapi aku gak tanya apa-apa padanya, kupikir mungkin dia lagi badmood,,, dan aku juga lagi malas bertanya padanya, nantilah setelah ini aku minta penjelasan dari sikapnya itu” jelasnya
Tapi kurasa itu bukan kalimat yang menyelesaikan buatku.
“gitu aja??? Kamu egois Nggar… kamu hanya mikirin urusan kamu aja, masalahnya ini juga menyangkut aku, Nggar.. aku nggak terima” jawabku kesal.
“iya aku tahu, aku minta maaf banget sama kamu, entah kenapa kamu bisa ikut terlibat…”jelasnya.
“itu salahmu…”
“eah,,, aku tahu itu, tapi akan aku selesaikan secepatnya, aku juga sudah lelah dengan hubungan ini…”
“maksudmu…??” tanyaku tak mengerti.
“ya aku udah lama ingin mutusin Santi, karna sebenarnya aku gak pernah suka dengannya, dia yang mohon aku mau jadi pacarnya, dan entah kenapa saat itu aku menerimanya, padahal ada orang lain yang aku suka dan sekarang aku akan berusaha untuk mengejar cintaku itu…”terangnya.
“hah….”gak habis pikirku mendengar penjelasannya.  
“jadi selama ini kamu terpaksa jadian sama dia, kenapa kamu gak ngomong jujur sejak dulu kalau memang kamu uda punya cewek yang kamu suka,,, kalau kayak gini memang benar sejak awal kamulah yang salah, Nggar. Ku harap masalah kamu ini cepat selesai....”terangku.
Setelah itu, perjalanan pulangku hanya terisi kediaman.
dan lamunan itu terhenti, saat mama memanggilku untuk keluar makan bersama.
=======0000=======
Keadaan alam yang sudah tak bersahabat lagi dengan manusia membuat cuaca setiap hari berubah –ubah tak menentu. Di ruangan kuliah ku hari ini pun, tugas air conditioner terasa sia-sia untuk menyejukkan ruangan, atau mungkin karena terlalu banyak penghuni yang tinggal.  Berkali-kali kulihat jam tangan, rasanya aku ingin segera berlari ke kantin kampus untuk segera menuntaskan dahaga yang begitu menyiksa, semoga saja aku belum dehidrasi. Ups… akhirnya..
“baik rekan-rekan semua kita cukupkan sekian kuliah kita hari ini, dan kita akan bertemu lagi hari Rabu depan, terima kasih dan selamat siang.” Suara dosen mengakhiri kuliahku hari ini membuat mataku berbinar kembali, bayangan kantin kampus dan es doger semakin dekat, oh… hanya saja sebuah suara mencegahku untuk segera beranjak… “Lin, tunggu sebentar aku ingin bicara sama kamu!!” mau apa lagi sih orang ini, batinku. Aku terpaksa duduk lagi di bangkuku, “Bicara apa?? Aku hanya punya sedikit waktu, aku buru-buru…!!” “Lin, aku tahu kamu masih marah sama aku, tapi aku ingin kamu denger penjelasanku dulu.”pintanya , membuatku menyipitkan mata, “kamu tahu aku sangat menghargai kejujuran, dan aku sudah cukup percaya itu, tapi sekali kau telah berbohong, aku tak bisa untuk percaya lagi sama kamu, dan maaf waktuku hampir habis, aku harus pergi...” aku beranjak meninggalkannya, namun tangan ku tertahan, “Enggar lepasin!!” “kau belum memaafkanku???” “Enggar, aku udah maafin kamu, tapi maaf aku tidak bisa percaya lagi sama kamu, dan aku mohon kamu jangan ganggu aku, sekarang tolong lepasin tanganku!!!” pintaku. Sejenak sosok disampingku hanya terdiam, pegangannya masih erat ditanganku. Aku berusaha melepasnya, tapi tiba-tiba dia berdiri dan memelukku erat, aku kaget dan refleks meronta untuk lepas dari pelukannya, namun dia terlalu kuat bagiku... “Enggar, apa-apan kamu??? Lepasin nggar…”suaraku tertahan. “sebentar saja Lin,..” pintanya, “enggak, kalo kamu masih ingin ku maafkan, tolong lepasin aku!!!” aku berusaha lagi melepaskan diri, dan tahu bahwa aku tak menyukai perlakuannya itu, perlahan ia mengendurkan pelukannya dan melepasku. “maaf Lin, aku tak mau kau marah lagi padaku, tapi setelah apa yang udah terjadi, apakah kita masih bisa …hmm… berteman seperti dulu??!!!” aku masih belum bisa percaya mendengar perkataannya barusan, “mungkin, tapi kurasa tak’kan seperti dulu…!!” tanpa melihat wajahnya aku segera beranjak pergi dari ruang kuliah  itu.
Hupffff…. Akhirnya rencanaku untuk melepas dahaga pun terhalang, kuputuskan segera pulang meninggalkan kampus, beruntung aku tidak ada kuliah lagi hari ini…

 === TO BE CONTINUE===


makasih bagi yang udah menyimak cerita di atas, boleh ngasih kritik tapi jangan lupa sarannya juga lho... :) koment aja ya... kebetulan penulis lagi mentok, butuh inspirasi baru nih... ditunggu ya!!
 

0 Response to "SEBUAH CERITA...."

Posting Komentar

Pages